Tausiah Teh Nini "Lima Kiat Datangkan Jodoh"

Ralat Kajian Majelis Sehati

Assalamu'alaikum wr.wb.

Sahabat-sahabat, berikut ralat kajian Majelis Sehati :

Ahad, 14 Desember 2008 jam 12.00 – 15.00 WIB
Pemateri : Ust. Ihsan Hakim.
Tema : Benarkah Jodoh Tak Kunjung Tiba Merupakan Takdir?

Ahad, 28 Desember 2008 jam 12.00 – 15.00 WIB
Pemateri : Ust. Miftahuddin
Tema : Memahami Poligami Dengan Benar.

Semua kajian diselenggarakan di Musholla Baiturahman, Jl. Bangka I, dekat Gedung AKA.

Informasi, silakan hubungi langsung tidak lewat SMS ke 08158018156 / 021-50212373 dengan Rico Atmaka.

Wassalamu'alaikum wr.wb.
Rico Atmaka
Koordinator Majelis Sehati DT Jakarta

Hijablah Diri-Diri Kalian!

oleh Abdul Erwin Baso
(Menjumpai kakak dan adik perempuanku)

Bismillaahirahmaanirrahiim..
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [QS. An-Nuur:31]

My dear sisters,…Telah sampai padaku ilmu tentang empat orang wanita yang harus aku, sebagai lelaki, pertanggung jawabkan di “yaumil akhir” nanti, mereka adalah…Ibu, saudara perempuan, isteri dan anak-anak perempuanku.
My dear sisters,…Banyak hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian, hal yang mungkin juga sudah kalian ketahui, entah dari buku yang kalian baca, pengajian yang kalian ikuti dan dengarkan, atau yang lebih mutakhir..email dan internet.

Jika kali ini aku ingin mengulanginya lagi, harap jangan kalian gusar, ini hanya sebagai bentuk kasih sayang dan tanggung jawabku, sebagaimana Allah telah tetapkan untukku.Seandainya aku abaikan, ketakutanku hanya satu, kemurkaan-Nya.Oleh karena itu, tolonglah aku dari murka-Nya, dengan membaca dan meresapkan apa yang akan aku sampaikan ini, agar merasuk kedalam kalbu, menetap didalam hati, dan berbuah amaliyah yang abadi.
My dear sisters,…Hidup kita dibatasi waktu, usia kita bertambah sedangkan jatah hidup kita berkurangsadarkah bahwa kita pastinya akan kembali menjumpai-Nya, Pencipta Yang Agung dan Maha Segala? sudahkah kita siapkan segala sesuatunya?Bukan harta benda, bukan pangkat kedudukan, bukan pula gelar kebangsawanan…Tidak..bukan itu semua…tapi Taqwa!!Yaa…Taqwa…hanya ketaqwaan itu yang akan menyelamatkan kita, kini dan nanti, dunia akhirat.
Aku sangat paham bahwa kalianpun sudah mengetahui hal ini, tapi sudahkan kalian memulai mengayun langkah berjalan menuju Taqwa?sudahkan pengetahuan itu membawa kepada kesadaran bahwa hidup kita bisa berakhir kapan saja…bahkan mungkin detik ini….dan jika saat itu datang, mungkinkah diraih “khusnul khotimah” jika tidak kita persiapkan?

My dear sisters,…Aku sadar dan mengerti jika kalian menganggap bahwa aku sendiri belumlah pantas menyandang gelar taqwa dan untuk itu belum pantas menasihati kalian…dan itu benar, akupun teramat sadar akan hal itu…aku belum separuh jalan menuju taqwa, bahkan seperempatnya pun belum…jauh..masih jauh dari taqwa sebagaimana tuntunan Nabi kitahanya saja Rasulullah sendiri telah bersabda, “Ballighu anni walau ayyah" (Sampaikanlah apa yang kalian dapat dariku walau hanya satu ayat)...sedangkan Allah berfirman " . . . .Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah . . . . " [Al Hasyr:7]Kini aku sampaikan kepada kalian, walau “hanya” soal Taqwa, walau hanya satu ayat...renungilah...bawalah dalam tidur malam kalian yang panjang...tadaburilah

Setiap hari, setiap jam, setiap detik dalam hidupkuTak sekejappun aku lupa akan kalian, sebagai bagian dari hisabku dihadapanNya kelak…Ketahuilah, lebih mudah bagiku menyampaikan kebenaran kalam-kalam Nya dan sunnah-sunnah rasulNya kepada Ibu, Istri dan anak-anakku..Itu karena Ibu dan anak-anakku berada pada masa yang berbeda dengan kita…Pada ibu, hormat dan kasihku sudah sampai padanya sebelum aku berbicara, karena keluasan hati dan pengalamannya…Bagi anak-anakku, aku adalah panutan yang harus di gugu dan ditiru..dengan seijin Allah, aku berusaha menjadi sebagaimana aku mengharapkan mereka menjadi sesuai harapan kami, orangtua merekaSedangkan istriku,…InsyaAllah dia sangat paham bahwa mematuhi saya, selama tidak menyekutukanNya, adalah bentuk pengabdian yang akan membawa dia ke Jannah Nya..Akan halnya kalian, adik dan kakakku….usia kita tidaklah terpaut jauh...jaman kita sama…pendidikan kita setara…pergaulanlah yang membedakan kita..

Untuk itu, adikku…kakakku…pahamilah…aku berusaha untuk tidak menggurui kalianAku tidak melebihi dari kalian sebagai hambaNyaAnggaplah aku teman yang sekedar mengingatkan kalian sekaligus mengingatkan dirinya sendiri..Bahwa hanya Taqwa yang memungkinkan kita berada bersama rasul-rasul dan orang-orang saleh..Dan pakaian taqwa yang langsung membedakan perempuan-perempuan kekasihNya dengan yang bukan adalah Hijab!!!

Karena itu, tolonglah aku untuk menolong jiwa kalian,…Hijablah diri-diri kalian…sesungguhnya itu lebih baik dari dunia dan seisinya…Tidak, sekali-kali aku tidak memerintah kalian,..tidak…bukan aku, tapi Dia, Allah Tuhan segala Illah!Dia yang memerintahkan, RasulNya yang menyampaikan, dan aku sekedar penyambung lidah..

My dear sisters,…Telah aku sampaikan kalimatNya,…Kini terserah pada kalian, apakah bersedia memenuhi dan meninggikan seruanNyaAtau menjalani kehidupan “sewajarnya” menurut anggapan kalian dan sebagian besar umatHijab adalah wajib bagi kalian perempuan sebagaimana wajibnya Sholat…Hijab bukan sunnah, bukan pula adat istiadat,…bukan.. Janganlah kebiasaan dan kewajaran dunia melampaui apa-apa yang telah ditetapkanNya. Jalani hidup mengikuti aturan-aturanNya dan sunnah rasulNyaMaka keselamatan dunia akhirat ganjarannya
Dia, Allah, pemilik semesta dan seisinya..sudah sepantasnyalah kita berhukum dengan hukum-hukumNya..Maka kebenaran hukum manakah yang kalian pilih?
Dia, Allah, pemilik sah diri dan jiwa manusia…kepadaNyalah sebenar-benar kita akan kembali..Maka kemana kalian akan sembunyi jika maut datang meminang?

e-weblog.blogspot.com/2008/11/hijablah-diri-diri-kalian.html

Bukan Pernikahan Biasa

oleh Cahaya Khairani

“Keberhasilan dakwah seorang aktifis salah satunya dapat dilihat dari bagaimana ia menikah”
Tidak sedikit mereka yang disebut atau menyebut dirinya sebagai aktifis dakwah, lantang menyerukan syariat islam, gigih menjaga adab pergaulan dan ketat dalam menutup aurat kemudian menjadi luntur seketika saat mereka melakukan pernikahan. Acara pernikahan menjadi momen yang membolehkan hal-hal yang semula dipegang teguh oleh para aktifis dakwah, seperti tidak ikhtilat dan tidak tabarruj (bagi akhawat).

Pengalaman saya menghadiri undangan walimah para aktifis dakwah, sangat sedikit sekali dari mereka yang tetap menjaga atau memegang teguh apa yang mereka dakwahkan. Tiba-tiba di atas pelaminan mereka menjadi sosok yang sangat berbeda, bukan sosok aktifis dakwah yang sehari-hari saya kenal. Sosok aktifis yang tidak mengenal tabarruj, pada hari pernikahan justru berdandan dengan sangat berlebihan, muka dibedaki sebanyak 5 lapisan, pipi, bibir dan kelopak mata diberi warna-warna mencolok, alis dicukur dan tidak ketinggalan bulu mata palsu. Tidak hanya tabarruj, jilbab yang semula selalu lebar dengan pakaian yang menutup rapat seluruh aurat tiba-tiba saat pernikahan berubah menjadi jilbab minimalis dengan pakaian pengantin (umumnya kebaya) ketat menonjolkan aurat yang sebelumnya tertutup rapat.

Bahkan ada seorang ukhti yang saya kenal sebagai pentolan aktifis dakwah kampus, memegang segudang amanah dan mempunyai banyak binaan membiarkan wajah dan tubuhnya didandani oleh perias Waria yang sejatinya adalah laki-laki. Lebih parah lagi, seorang teman saya bercerita ada seorang ukhti yang membuka jilbabnya saat ia menikah. Seorang ustadz juga pernah bercerita ketika beliau menghadiri walimah pasangan aktifis, pengantin perempuan menggunakan jilbab berwarna hitam yang dimasukkan ke bajunya sehingga yang tampak hanya bentuk kepalanya, kemudian di atas jilbab hitam itu dililitkan ronce melati sehingga tampak seperti tidak menggunakan jilbab.
Dalam mengatur tamu pun sebagian para pengantin aktifis ini tidak memisahkan antara tamu lelaki dengan tamu perempuan seperti yang mereka lakukan ketika mengadakan acara-acara pengajian, rapat, seminar ataupun demonstrasi. Hari pernikahan seolah menjadi dispensasi untuk membolehkan apa yang tidak boleh, toh sekali seumur hidup.

Sungguh amat sangat disayangkan. Padahal bila kita menyadari, momen pernikahan adalah juga merupakan syiar islam yang seharusnya ditegakkan oleh mereka para aktifis dakwah. Acara pernikahan yang dilaksanakan secara syar’i sesungguhnya dapat menjadi teladan bagi para tamu undangan yang hadir pada saat itu. Pernikahan seorang aktifis dakwah seharusnya bukan pernikahan biasa. Saya sangat menyesalkan bila proses menuju pernikahan yang telah dilakukan dengan begitu islami dari ta’aruf kemudian khitbah, pada akhirnya hanya menjadi sebuah acara pernikahan biasa layaknya pernikahan masyarakat pada umumnya, padahal hanya kurang satu langkah lagi menuju sempurna.

Bila bukan para aktifis dakwah yang mengenalkan tata cara pernikahan secara islami melalui acara pernikahan mereka kepada masyarakat, lalu siapa lagi…?

Permasalahan yang sering terjadi dikalangan aktifis adalah terlalu sibuknya mereka dengan begitu banyak agenda dakwah sehingga tidak punya waktu untuk melakukan pendekatan pada keluarga akan hal ini, bahkan tidak sedikit yang melakukan pemberitahuan secara mendadak pada orang tua bila mereka ingin menikah tanpa memberikan pembelajaran sebelumnya mengenai bagaimana tata cara pernikahan dalam islam sejak ta’aruf, khitbah, hingga acara pernikahan itu sendiri. Sehingga dapat dipastikan keluarga akan menolak mentah-mentah bila tata cara pernikahan berbeda dengan apa yang telah umum di masyarakat, akibatnya mereka akan memaksa sang anak melakukan seperti apa yang mereka kehendaki.

Oleh karena itu hendaknya para aktifis ketika memutuskan menikah tidak hanya mempersiapkan diri mereka secara lahiriah dan batiniah akan tetapi juga mempersiapkan keluarga mereka terutama kedua orang tua.jauh-jauh hari sebelumnya.Bukankah berdakwah pada keluarga juga merupakan kewajiban ? Walaupun banyak juga diantara aktifis yang telah berjuang keras melakukan berbagai pendekatan, berdakwah pada keluarga dengan sekuat tenaga namun belum (bukan tidak) berhasil dalam dakwahnya, kemudian mau tidak mau harus mematuhi keinginan orang tua dalam hal pernikahan, yang demikian ini lebih baik dalam pandangan Allah daripada mereka yang hanya pasrah dan tanpa penyesalan menikmati tiap detik acara pernikahan yang sesungguhnya mereka ketahui adanya ketidakbenaran di dalamnya. (chy-kh 10/28/2008)
TV OnLine
This text will be replaced

"Hot News" "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami berikanlah ampunan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)" (QS. Ibrâhîm: 41-42)